www.kilaswarta.id – Lomba Pidato Bulan Bung Karno 2025 telah resmi dibuka, menandai sebuah inisiatif yang sangat penting bagi perkembangan generasi muda di Bali. Kegiatan ini dipimpin oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Bali, dan dihadiri oleh berbagai tokoh masyarakat serta pelajar dari seluruh Bali.
Dengan pesertanya yang terdiri dari 36 individu, lomba ini bertujuan untuk memberikan platform bagi pelajar dan masyarakat umum dalam mengekspresikan ide serta pendapatnya. Dewan juri yang terlibat memiliki pengalaman luas di bidangnya, sehingga diharapkan dapat memberikan penilaian yang adil dan konstruktif.
Pentingnya Lomba Pidato dalam Membangun Karakter Generasi Muda
Lomba Pidato merupakan sebuah acara yang lebih dari sekadar kompetisi berbicara. Ini adalah wadah dimana para peserta dapat mengasah kemampuan berbicara di depan publik dan memperdalam pemahaman mereka terhadap isu-isu terkini. Di era digital sekarang ini, komunikasi yang efektif adalah kunci untuk menyampaikan pesan yang sejalan dengan kebenaran.
Di Bali, tema kompetisi ini sangat relevan dengan tantangan yang ada. Melawan hoaks dan opini negatif merupakan hal yang tidak bisa dianggap sepele. Di tengah peredaran informasi yang begitu cepat, kejelasan dan ketepatan informasi sangat dibutuhkan untuk menciptakan masyarakat yang lebih beretika dan bertanggung jawab. Melalui acara ini, generasi muda diharapkan dapat menjadi duta kebenaran di lingkungan mereka.
Membangun Semangat Gotong Royong di Era Digital
Semangat gotong royong menjadi landasan penting dalam membangun masyarakat yang bersatu. Dalam sambutannya, Gubernur Bali menekankan pentingnya nilai-nilai tersebut, menekankan bahwa gotong royong bukan hanya sekadar kerja sama, tetapi juga sebuah komitmen untuk menjaga kebenaran dan melawan disinformasi yang merusak. Di jaman di mana media sosial menjadi sumber informasi utama, nilai kebersamaan ini menjadi lebih krusial.
Di Bali, visi pembangunan yang dikenal sebagai “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” mencerminkan komitmen untuk menjaga tidak hanya alam, tetapi juga karakter masyarakatnya. Hal ini adalah panduan yang seharusnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat. Generasi muda diharapkan untuk menginternalisasi nilai-nilai ini dan menerapkannya dalam kehidupan digital mereka.
Ketua LPM Bali juga mengungkapkan bahwa lomba pidato ini merupakan kesempatan berharga untuk melatih daya pikir kritis. Peserta tidak hanya dituntut untuk berbicara, tetapi juga untuk memahami dan menyampaikan gagasan-gagasan yang mendalam. Dalam upaya melawan disinformasi, penting bagi generasi muda untuk tidak hanya menjadi pendengar pasif, tetapi juga berpikir kritis dan berbicara dengan penuh tanggung jawab.
Keberanian untuk berdiri di garis depan dan memperjuangkan kebenaran menjadi kriteria penting bagi para peserta. Dengan demikian, mereka tidak hanya belajar untuk berbicara, tetapi juga untuk memperjuangkan nilai-nilai yang mereka anut. Hal ini sangat penting di era di mana informasi sering kali diputarbalikkan untuk kepentingan tertentu.
Tema acara yang diusung—”Gotong Royong Melawan Hoax dan Opini Negatif di Era Perkembangan Digital”—menggambarkan kebutuhan mendesak untuk melawan informasi yang salah dan memberikan pendidikan yang mendalam kepada masyarakat. Mari bersatu untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik dengan mendorong nilai-nilai kebenaran dan keadilan di antara sesama.
Menyongsong acara ini, diharapkan dapat muncul para pemimpin masa depan yang tidak hanya memiliki kemampuan berbicara dengan baik, tetapi juga pemahaman yang mendalam tentang etika dan tanggung jawab sosial.